WILUJEUNG SUMPING

WILUJEUNG SUMPING

Jumat, 22 April 2011

cering


MIRACLE

Langit malam yang nampak semarak oleh titik-titik kecil berkilauan, menarik perhatiannya yang kini sedang berdiri ditempat biasa dia menunggu. Dari sudut bibirnya tampak sedikit gurat senyum. Matanya yang memandang lurus kedepan seperti ingin meraih bintang-bintang diatas sana yang seolah ingin mengajaknya terbang.

Dia menarik nafas dalam. Membiarkan pikiranya terbang digelap malam, menari bersama bintang yang masih bertahan menemaninya.

Hembusan angin yang terasa dingin sepertinya tak mampu membuat dia untuk meninggalkan tempat itu. Tatapan matanya yang terlihat masih berbinar, memandang lurus keatas langit. Seperti sedang menghitung bintang yang bertaburan diatas sana.

Tak terasa malam mulai beranjak. Dari semilir angin yang lembut, kini mulai berubah, menjadi sesuatu yang seperti ingin menghempaskan apapun yang menghalangi jalanya. Daun-daun pohon Randu yang berserakan dihalaman dihempaskanya dengan kasar. Membentuk gundukan-gundukan kecil di setiap sudut ruangan.

Langit yang tadi dihiasi oleh bintang, yang nampak kini adalah segerombolan awan hitam yang mencoba menguasai luasnya langit. Menaburkan kilatan-kilatan putih yang mengeluarkan suara menggelegar.

Tatapan yang tadi Nampak berbinar kini tampak lesu. Dagunya yang tadi terangkat tegas seperti sedang menantang langit kini terkulai lesu. Menunduk! Air muka yang tadi nampak ceria kini berganti air mata yang mulai mengelayuti kelopak matanya. Membuat dia tidak mampu lagi untuk berlama-lama berdiri disana. Setetes air bening jatuh dari atas langit bersamaan dengan air matanya yang makin tak kuasa dia bendung.

Malam ini dia harus merelakan malamnya kepada penguasa alam, yang memupuskan harapan-harapan yang sudah lama dia tunggu.

???????

Entah untuk berapa kalinya dia berdiri di tempat ini. Ditempat yang sama dimana dia selalu menghabiskan malam-malamnya. Dengan tatapan mata yang penuh harap, dia melepaskan pandangannya keatas langit. Berharap langit bermurah hati menunjukan kerlipnya, yang kini tak tampak terlihat satupun diatas sana.

Dengan sabar dia tetap menunggu. Menantikan keajaiban yang akan diberikan langit kepadanya. Malam makin larut, tapi langit tak menunjukan kalau hari ini dia akan bermurah hati kepadanya, dengan menghadiahkan barang satu kerlip bintang untuk menemaninya. Dan semuanya seperti sia-sia. Karena malam melaluinya dengan tanpa memberinya harap.

Seperti tidak ada kata bosan baginya untuk tetap berharap. Malam-malam yang telah dia lalui dengan kekecewaaan yang dia peroleh tak membuat dia mencoba berhenti. Berhenti berharap. Karena kalau dia mencoba berhenti berharap berarti dia mencoba berhenti untuk menjalani hidup ini dan itu yang tidak dia harapkan, mengubur harapannya dalam diam.

??????

Tatapan penuh harap selalu terlihat dimatanya. Tak sedikitpun berubah dari malam-malam sebelumnya. Entah semangat apa yang selalu dia simpan? Yang membuat dia selalu mampu bertahan dengan kondisi seperti ini. Malam ini seperti malam sebelumnya. Dia berdiri dengan tatapan nya yang berbinar-binar. Langit kini sepertinya masih kurang bersahabat. Walau awan tak nampak mengancam disana, tapi tak satupun Nampak bintang yang mau menunjukan dirinya. Menemani dirinya yang selalu mendambakan kehadiranya. Menemani malamnya.

Angin berhembus perlahan, dan tak mampu mengerakan daun-daun yang banyak berserakan dilantai. Malam terasa hening. Gelap pekat yang menyelimuti bumi menambah mencekamnya suasana. Tapi tetap saja itu tak bisa mengusiknya untuk pergi dari tempat itu. Karena dia percaya, keajaiban akan datang padanya. Khususnya malam ini. Malam terakhirnya untuk tetap berharap.

Rasa penat yang dia rasa tak mampu membuat semangatnya goyah. Masih dengan tatapan penuh harap, dia terus menanti kehadirannya. Dan penantiannya tidak sia-sia, karena sekelebat cahaya putih diatas langit melesat dengan indah. Membawa senyum lebar dihatinya. Yang dinanti ternyata telah tiba, membawa harapan yang telah memenuhi hatinya. Dengan mata terpejam dia melontarkan asa. Menitipkan harapannya kepada bintang.

Usai sudah kini penantiannya. Meninggalkan sejumput asa dihati penuh harap.

kini dia berdiri dengan senyum menghias mukanya yang sayu. Karena semalaman dia memang tidak tidur. Sengaja menanti siang datang menjemput. Kini, dihadapannya telah berdiri seorang lelaki yang menatapnya lekat-lekat.

“Hanya ini yang bisa aku bawa” kata dia kepada lelaki dihadapannya. Tak terlihat apapun yang dia bawa, tangannya hampa hanya sedikit senyum yang dia suguhkan.

“Tak banyak harap yang ku pinta darimu untuk kado ulangtahunku, karena hanya cinta, harapan dan doamu lah kado yang terindah bagiku.”

Setitik air bening jatuh dari matanya. Seperti bintang jatuh dengan membawa seribu harapan. Tak kuasa hatinya membiarkan itu berlalu begitu saja. Dengan perasaan senang kini dia tengelam dalam pelukan lelaki yang memberinya harapan.

‘Terimakasih bintang!’ dalam hati, dia berbisik lirih.

Hembusan angin yang terasa dingin sepertinya tak mampu membuat dia untuk meninggalkan tempat itu. Tatapan matanya yang terlihat masih berbinar, memandang lurus kearas langit. Seperti sedang menghitung bintang yang bertaburan diatas sana.

Tak terasa malam mulai beranjak. Dari semilir angin yang lembut, kini mulai berubah, menjadi sesuatu yang seperti ingin menghempaskan apapun yang menghalangi jalanya. Daun-daun pohon Randu yang berserakan dihalaman dihempaskanya dengan kasar. Membentuk gundukan-gundukan kecil di setiap sudut ruangan.

Langit yang tadi dihiasi oleh bintang, yang nampak kini adalah segerombolan awan hitam yang mencoba menguasai luasnya langit. Menaburkan kilatan-kilatan putih yang mengeluarkan suara menggelegar.

Tatapan yang tadi Nampak berbinar kini tampak lesu. Dagunya yang tadi terangkat tegas seperti sedang menantang langit kini terkulai lesu. Menunduk! Air muka yang tadi nampak ceria kini berganti air mata yang mulai mengelayuti kelopak matanya. Membuat dia tidak mampu lagi untuk berlama-lama berdiri disana. Setetes air bening jatuh dari atas langit bersamaan dengan air matanya yang makin tak kuasa dia bendung.

Malam ini dia harus merelakan malamnya kepada penguasa alam, yang memupuskan harapan-harapan yang sudah lama dia tunggu.

Entah untuk berapa kalinya dia berdiri di tempat ini. Ditempat yang sama dimana dia selalu menghabiskan malam-malamnya. Dengan tatapan mata yang penuh harap, dia melepaskan pandangannya keatas langit. Berharap langit bermurah hati menunjukan kerlipnya, yang kini tak tampak terlihat satupun diatas sana.

Dengan sabar dia tetap menunggu. Menantikan keajaiban yang akan diberikan langit kepadanya. Malam makin larut, tapi langit tak menunjukan kalau hari ini dia akan bermurah hati kepadanya, dengan menghadiahkan barang satu kerlip bintang untuk menemaninya. Dan semuanya seperti sia-sia. Karena malam melaluinya dengan tanpa memberinya harap.

Seperti tidak ada kata bosan baginya untuk tetap berharap. Malam-malam yang telah dia lalui dengan kekecewaaan yang dia peroleh tak membuat dia mencoba berhenti. Berhenti berharap. Karena kalau dia mencoba berhenti berharap berarti dia mencoba berhenti untuk menjalani hidup ini dan itu yang tidak dia harapkan, mengubur harapannya dalam diam.

Tatapan penuh harap selalu terlihat dimatanya. Tak sedikitpun berubah dari malam-malam sebelumnya. Entah semangat apa yang selalu dia simpan? Yang membuat dia selalu mampu bertahan dengan kondisi seperti ini. Malam ini seperti malam sebelumnya. Dia berdiri dengan tatapan nya yang berbinar-binar. Langit kini sepertinya masih kurang bersahabat. Walau awan tak nampak mengancam disana, tapi tak satupun Nampak bintang yang mau menunjukan dirinya. Menemani dirinya yang selalu mendambakan kehadiranya. Menemani malamnya.

Angin berhembus perlahan, dan tak mampu mengerakan daun-daun yang banyak berserakan dilantai. Malam terasa hening. Gelap pekat yang menyelimuti bumi menambah mencekamnya suasana. Tapi tetap saja itu tak bisa mengusiknya untuk pergi dari tempat itu. Karena dia percaya, keajaiban akan datang padanya. Khususnya malam ini. Malam terakhirnyz untuk tetap berharap.

Rasa penat yang dia rasa tak mampu membuat semangatnya goyah. Masih dengan tatapan penuh harap, dis terus menanti kehadirannya. Dan penantiannya tidak sia-sia, karena sekelebat cahaya putih diatas langit melesat dengan indah. Membawa senyum lebar dihatinya. Yang dinanti ternyata telah tiba, membawa harapan yang telah memenuhi hatinya. Dengan mata terpejam dia melontarkan asa. Menitipkan harapannya kepada bintang.

Usai sudah kini penantiannya. Meninggalkan sejumput asa dihati penuh harap.

kini dia berdiri dengan senyum menghias mukanya yang sayu. Karena semalaman dia memang tidak tidur. Sengaja menanti siang datang menjemput. Kini, dihadapannya telah berdiri seorang lelaki yang menatapnya lekat-lekat.

“Hanya ini yang bisa aku bawa” kata dia kepada lelaki dihadapannya. Tak terlihat apapun yang dia bawa, tangannya hampa hanya sedikit senyum yang dia suguhkan.

“Tak banyak harap yang ku pinta darimu untuk kado ulangtahunku, karena hanya cinta, harapan dan doamu lah kado yang terindah bagiku.”

Setitik air bening jatuh dari matanya. Seperti bintang jatuh dengan membawa seribu harapan. Tak kuasa hatinya membiarkan itu berlalu begitu saja. Dengan perasaan senang kini dia tengelam dalam pelukan lelaki yang memberinya harapan.

‘Terimakasih bintang!’ dalam hati, dia berbisik lirih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar